Artikel Aksi Nyata Modul1.4 Budaya Positif
oleh CGP Angkatan 9 Kota Langsa
Septia Handayani, S.Pd
1. Latar
Belakang
Sebelumnya, kita harus mengetahui apa
itu budaya positif. Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal
yang diterapkan di sekolah, disuatu daerah, tempat kerja, dan lingkungan.Budaya positif yang diterapkan di
sekolah adalah salah satu perwujudan dari visi guru yang mengandung nilai-nilai
kebajikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang dijabarkan dalam profil
pelajar Pancasila.
Pada zaman sekarang ini anak-anak
kita memiliki krisis moral yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari semakin
banyaknya kasus bullying yang marak terjadi di satuan
pendidikan, mulai dari kelas rendah sampai kelas tinggi dari intensitas. Baik
dari kalangan murid, bahkan sampai ke guru. Hal ini dapat kita amati dari
karakter murid-murid kita dan juga lingkungan kita saat ini, yang jauhdari
nilai-nilai kebajikan. pada abad 21 ini pengaruh budaya luar, perkembangan
teknologi dan lingkungan sangat memiliki peran dalam merusak karakter generasi
kita dimasa depan.
Oleh karena itu, seorang pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam merancang sebuah strategi yang efektif, berpihak kepada murid,agar terciptakan manusia yang memiliki budi pekerti luhur. Menurut saya, sekolah sebagai salah satu tripusat pendidikan memiliki pengaruh yang kuat terhadap terbentuknya karaker disiplin positif pada anak-anak. Penerapan disiplin positif merupakan unsur utama dalam tercapainya tujuan pendidikan merdeka belajar, yang mendorong tumbuhnya karakter profil pelajar ancasila agar tertanam dan terpatri didalam masing-masing diri anak dan nilai-nilai tersebut dapat dibawa kedalam lingkungannya.
2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan aksi nyata ini yaitu :
- Menciptakan murid mimiliki akhlak mulia
- Menumbuhkan budaya positif dalam diri pada seluruh warga sekolah, khususnya
- murid.
- Terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan dan bepihak kepada murid
- Melatih murid agar terbiasa menemukan solusi dari permasalahan yang mereka
- hadapi.
- Adanya kolaborasi antara guru dengan murid dan orangtua.
3. Linimasa Tindakan
Aksi nyata budaya positif ini direncanakan dalam beberapa tahap, yaitu :
- Melakukan koordinasi dan diskusi dengan kepalasekolah, terkait pentingnya penanaman budaya ppositif di sekolah. Kemudian meminta izin untuk melakukan desiminasi kepada rekan sejawat.
- Membuat keyakinan kelas bersama dengan murid.
- Menerapkan posisi kontrol sebagai manajer dengan menggunakan tahapan segitigarestitusi dalam menghadapi masalah yang terjadi pada murid.
- Melakukan desiminasi dengan rekan sejawat.
- Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan rekan sejawat terkait penerapan keyakinan kelas dikelas masing-masing.
- Memantau terlaksananya keyakinan kelas, melakukan refleksi dan mengevaluasi kesepakatan kelas yang telah dibuat.
4. Deskripsi Aksi Nyata
Kegiatan aksi nyata yang pertama
yaitu penerapan posisi kontrol sebagai manajer. Sebelumnya mari kita bahas apa
itu posisi kontrol. Posisi kontrol adalah posisi atau kendali yang dilakukan
oleh seorang guru, orangtua atau atasan dalam melakukan kontrol terhadap murid,
anak, atau bawahannya. Terdapat 5 posisi kontrol yang dapat diterapkan, yaitu :
ü Penghukum
Seorang
penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang
menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan
sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi.
Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:
“Patuhi
aturan saya, atau awas!”
“Kamu
selalu saja salah!”
“Selalu,
pasti selalu yang terakhir selesai”.
Penghukum
biasanya menggunakan nada suara tinggi, bahasa
tubuh: mata melotot, dan jari menunjuk-nunjuk menghardik.
ü Pembuat Merasa Bersalah
Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih
lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain
merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan
lembut akan seperti:
“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”
“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”
“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat
begini?”
Pembuat
merasa bersalah biasanya menggunakan nada suara
memelas/halus/sedih, bahasa tubuh: merapat pada anak, lesu)
ü Teman
Guru
pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya
mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun
positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan
murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk
mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata:
“Ayo bantulah, demi bapak ya?”
“Ayo
ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”
“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu
bantu bereskan”
Posisi
teman biasanya menggunakan nada suara: ramah,
akrab, dan bercanda, bahasa tubuh: merapat pada murid, mata dan senyum jenaka
ü Pemantau
Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau:
“Peraturannya apa?”
“Apa yang telah kamu
lakukan?”
“Sanksi atau konsekuensinya apa?”
Posisi pemantau biasanya nada suara datar, bahasa tubuh yang formal.
ü Manajer
Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer akan berkata
“Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)
“Apakah kamu meyakininya?“
“Jika kamu meyakininya,
apakah kamu bersedia memperbaikinya?”
“Jika kamu memperbaiki ini,
hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?”
“Apa rencana kamu untuk
memperbaiki hal ini?”
Selain itu mari kita mengenal, “apa itu segitiga restitusi?”.
Segitiga retitusi adalah Suatu proses dialog yang dijalankan oleh guru atau orang tua agar
dapat menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggungjawab.
Gambar 1. Segitiga Restitusi
Terdapat 3 tahapan pada segitga
restitusi yaitu :
1. Menstabilkan
Identitas, dapat dilakukan dengan :
ü
Berdasarkan prinsip membuat
kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran.
ü
Berperan menggeser identitas murid
dari identitas gagal ke identitas sukses.
ü
Jangan mengkritik murid yang sedang
mengalami identitas gagal.
2. Validasi
Tindakan yang Salah, dapat dilakukan dengan :
ü
Berdasarkan prinsip setiap perilaku
berupaya memenuhi suatu kebutuhan tertentu.
ü
Guru akan bergeser dari pemikiran Stimulus
- Respon menjadi Proaktif.
ü
Mengenali dan mengakui kebutuhan
murid dapat memperbaiki hubungan dengan murid.
ü
Mengenali dan mengakui kebutuhan
murid dapat memperbaiki hubungan dengan murid.
3. Menanyakan
Keyakinan,dapat dilakukan dengan :
ü
Murid akan diberikan pertanyaan
yang bermakna untuk memunculkan solusi serta motivasi secara intrinsik.
ü Murid
dapat mengkaitkan keyakinannya sebagai solusi dari tindakan yang salah.
Pada aksinyata ini saya mencoba menerapkan posisi kontrol manajer dengan
menggunakan 3 tahapan segitiga restitusi pada kasus yang terjadi pada murid dikelas saya. Aksi nyata berikutnya
yaitu membuat keyakinan kelas bersama murid-murid saya di Kelompok B2 TK Negeri
Pembina Langsa Timur, dengan melekukan tahapan sebagai berikut :
1)
Mempersilakan murid dikelas untuk
bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati di kelas,dengan
menggunakan gambar agar anak lebih mudah dalam mengungkapkan pendapatnya. Hal
ini saya lakukan karena murid-murid saya adalah anak yang berusia 5-6 th,
dimana mereka masih memiliki pemikiran yang konkret.
2)
Menempelkan masukan-masukan para
murid di papan tulis atau di kertas pleno.Disini saya juga sudah menyediakan
potongan gambar-gambar yang dapat memudahkan anak dalam membuat keyakinan di
kelas.
3)
Setelah itu saya membuat
kalimat-kalimat dalam bentuk positif.
4)
Kemudian saya meninjau kembali
bersama murid-murid, terkait keyakinan kelas yang sudah disepakati.
5)
Setelah keyakinan kelas selesai
dibuat, saya dan anak berjanji untuk menerapkannya.
6)
Keyakinan kelas selanjutnya saya
tempelkan di dinding kela, di tempat
yang mudah dilihat semua warga kelas.
Gambar 2. Sedang
membuat keyakinan kelas
dengan murid kelas B2
Gambar 3. Keyakinan Kelas B2 yang telah disepakati bersama
Selanjutnya pada tanggal 21 Oktober 2023, pukul 10.30 WIB saya melakukan desiminasi kepada rekan guru di sekolah saya TK Negeri Pembina Langsa Timur. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala Sekolah, rekan guru TK Negeri Pembina Langsa Timur dan juga, perwakilan guru dari PAUD Baitul Maqdis dan Paud Nariski. Setelah itu pada pukul 15.000 WIB, saya juga melakukan desiminasi kepada rekan guru di PAUD IT Thursina, dimana PAUD ini juga merupakan Sekolah penggerak angkatan ke 3 di Kota Langsa.
Pada
desiminasi budaya positif ini, saya membagikan pemahaman dan pengalaman dalam
penerapan modul 1.4 Budaya Positif terhadap konsep-konsep kunci yaitu perubahan
paradigma belajar, disiplin positif, motivasi perilaku manusia, kebutuhan
dasar, posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas dan segitiga restitusi.
Peserta desimasi terlihat sangat antusias selama menyimak pemaparan materi yang
saya sampaikan.
5. Hasil dari Aksi Nyata
Hasil dari rangkaian aksi nyata yangtelah saya lakkan yaitu menumbuhkan pemaham kepada rekan sejawat dan tenaga kependidikan diskeolah menegenai penerapan Budaya Positif disekolah. Kegiatannya dimulai dari penerapan keyakinan di kelas masing-masing, dimana keyakinan ini dibuat dari hasil kesepatan antara murid dan guru yang ada di dalam kelas. Selain itu saya dan rekan-rekan guru lain juga mencoba menerapkan posisi kontro sebagai manajer dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, terutama oleh murid dengan menggunakan 3 tahapan yang terdapat pada segitiga restitusi.
Hasil dari aksi nyata ini bisa dikatakan berhasil dan memberikan perubahan terhadap sikap dan perilaku pada murid dikelas saya.Hal tersebut terlihat dari perubahan sikap pada 2 orang murid dikelas saya, yang saya selesaikan menggunakan posisi kontrol manajer. Sedangkan untuk keyakinan kelas, secara perlahan juga sudah mulai merubah sikapa atau karakter pada murid saya. Mereka berinisiatif sendiri menyapu kelas setelah selesai makan tanpa disuruh, menegur teman yang berlarian didalam kelas, mengingatkan temannya untuk membereskan mainan, dan lain-lain. Saya yakin apabila hal ini dilakukan secara berkesinambungandalam penerapannya akan membawa peubahan kepada disiplin positif yang menyenangkan dan berpihak kepada anak.
6. Pembelajaran yang didapat dari Aksi Nyata
Banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan pada kegiatan aksi nyata pada modul 1.4 Budaya Positif ini. Salah satunya nilai kolaborasi, sayasangat yakin dalam penerapan budaya positif terutama di lingkungan sekolah, sangat perlu dukungan,kolaborasi dari seluruh warga sekolah untuk ketercapaiannya. Kemudian berbagi pemahaman itu sangat menyenangkan dan menambah relasi, ternyata hal-hal yang mungkin kita anggap sepele, bisa jadi sangat berharga bagi orang lain. Disini saya menyadari pentingnya berbagi, berbagilah walau sedikit, karena sebagai manusia kita sebaiknya memberikan manfaat bagi orang lain.
7. Rencana Perbaikan dan Pengembangan di Masa Mendatang
Hal-hal yang akan saya lakukan untuk erbaikan dan pengembangan dimasa mendatang yaitu:
·
Dapat menerapakan posisi kontrol
sebagai manajer secara berkelanjutan dan konsisten,sebagaimana posisi ini
merupakan posisi ideal yang harus dimiliki oleh guru.
·
Melakukan evaluasi terhadap keyakinan
kelas yangdibuat secara berkala.
·
Menerapkan segitiga restitusi dalam
menyelesaikan masalah yang muncul.
·
Berkolaborasi dengan semua warga
sekolah dn pihak yang terkait demi terciptanya budaya positif dilingkungan
sekolah.
"Tergerak,Bergerak, dan Menggerakkan"