Senin, 30 Oktober 2023

Artikel Aksi Nyata Modul1.4 Budaya Positif oleh CGP Angkatan 9 Kota Langsa

Artikel Aksi Nyata Modul1.4 Budaya Positif 

oleh CGP Angkatan 9 Kota Langsa 

Septia Handayani, S.Pd

 

1.    Latar Belakang

Sebelumnya, kita harus mengetahui apa itu budaya positif. Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah, disuatu daerah, tempat kerja, dan lingkungan.Budaya positif yang diterapkan di sekolah adalah salah satu perwujudan dari visi guru yang mengandung nilai-nilai kebajikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang dijabarkan dalam profil pelajar Pancasila. 

Pada zaman sekarang ini anak-anak kita memiliki krisis moral yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya kasus bullying yang marak terjadi di satuan pendidikan, mulai dari kelas rendah sampai kelas tinggi dari intensitas. Baik dari kalangan murid, bahkan sampai ke guru. Hal ini dapat kita amati dari karakter murid-murid kita dan juga lingkungan kita saat ini, yang jauhdari nilai-nilai kebajikan. pada abad 21 ini pengaruh budaya luar, perkembangan teknologi dan lingkungan sangat memiliki peran dalam merusak karakter generasi kita dimasa depan. 

Oleh karena itu, seorang pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam merancang sebuah strategi yang efektif, berpihak kepada murid,agar terciptakan manusia yang memiliki budi pekerti luhur. Menurut saya, sekolah sebagai salah satu tripusat pendidikan memiliki pengaruh yang kuat terhadap terbentuknya karaker disiplin positif pada anak-anak. Penerapan disiplin positif merupakan unsur utama dalam tercapainya tujuan pendidikan merdeka belajar, yang mendorong tumbuhnya karakter profil pelajar ancasila agar tertanam dan terpatri didalam masing-masing diri anak dan nilai-nilai tersebut dapat dibawa kedalam lingkungannya.

2.    Tujuan

Tujuan dari kegiatan aksi nyata ini yaitu :

    • Menciptakan murid mimiliki akhlak mulia
    • Menumbuhkan budaya positif dalam diri pada seluruh warga sekolah,  khususnya
    • murid.
    •  Terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan dan bepihak kepada murid
    • Melatih murid agar terbiasa menemukan solusi dari permasalahan yang mereka 
    • hadapi.
    • Adanya kolaborasi antara guru dengan murid dan orangtua. 

3.    Linimasa Tindakan

Aksi nyata budaya positif ini direncanakan dalam beberapa tahap, yaitu :

  • Melakukan koordinasi dan diskusi dengan kepalasekolah, terkait pentingnya penanaman budaya ppositif di sekolah. Kemudian meminta izin untuk melakukan desiminasi kepada rekan sejawat.
  • Membuat keyakinan kelas bersama dengan murid.
  • Menerapkan posisi kontrol sebagai manajer dengan menggunakan tahapan segitigarestitusi dalam menghadapi masalah yang terjadi pada murid.
  • Melakukan desiminasi dengan rekan sejawat.
  • Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan rekan sejawat terkait penerapan keyakinan kelas dikelas masing-masing.
  • Memantau terlaksananya keyakinan kelas, melakukan refleksi dan mengevaluasi kesepakatan kelas yang telah dibuat. 

4.    Deskripsi Aksi Nyata

        Kegiatan aksi nyata yang pertama yaitu penerapan posisi kontrol sebagai manajer. Sebelumnya mari kita bahas apa itu posisi kontrol. Posisi kontrol adalah posisi atau kendali yang dilakukan oleh seorang guru, orangtua atau atasan dalam melakukan kontrol terhadap murid, anak, atau bawahannya. Terdapat 5 posisi kontrol yang dapat diterapkan, yaitu :

ü  Penghukum

Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:

“Patuhi aturan saya, atau awas!”

“Kamu selalu saja salah!”

“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”.

Penghukum biasanya menggunakan nada suara tinggi, bahasa tubuh: mata melotot, dan jari menunjuk-nunjuk menghardik.

ü  Pembuat Merasa Bersalah

Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti:

“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”

“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”

“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”

Pembuat merasa bersalah biasanya menggunakan nada suara memelas/halus/sedih, bahasa tubuh: merapat pada anak, lesu)

ü  Teman

Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata:

 “Ayo bantulah, demi bapak ya?”

“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”

 “Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”

Posisi teman biasanya menggunakan nada suara: ramah, akrab, dan bercanda, bahasa tubuh: merapat pada murid, mata dan senyum jenaka

ü  Pemantau

Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau:

“Peraturannya apa?”

“Apa yang telah kamu lakukan?”

“Sanksi atau konsekuensinya apa?”

Posisi pemantau biasanya nada suara datar, bahasa tubuh yang formal. 

ü  Manajer 

Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer akan berkata

“Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)

“Apakah kamu meyakininya?“

“Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”

“Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?”

“Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”

Selain itu mari kita mengenal, “apa itu segitiga restitusi?”. Segitiga retitusi adalah Suatu proses dialog yang dijalankan oleh guru atau orang tua agar dapat menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggungjawab.



Gambar 1. Segitiga Restitusi

Terdapat 3 tahapan pada segitga restitusi yaitu :

1.       Menstabilkan Identitas, dapat dilakukan dengan :

ü  Berdasarkan prinsip membuat kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran.

ü  Berperan menggeser identitas murid dari identitas gagal ke identitas sukses.

ü  Jangan mengkritik murid yang sedang mengalami identitas gagal.

2.       Validasi Tindakan yang Salah, dapat dilakukan dengan :

ü  Berdasarkan prinsip setiap perilaku berupaya memenuhi suatu kebutuhan tertentu.

ü  Guru akan bergeser dari pemikiran Stimulus - Respon menjadi Proaktif.

ü  Mengenali dan mengakui kebutuhan murid dapat memperbaiki hubungan dengan murid.

ü  Mengenali dan mengakui kebutuhan murid dapat memperbaiki hubungan dengan murid.

3.       Menanyakan Keyakinan,dapat dilakukan dengan :

ü  Murid akan diberikan pertanyaan yang bermakna untuk memunculkan solusi serta motivasi secara intrinsik.

ü  Murid dapat mengkaitkan keyakinannya sebagai solusi dari tindakan yang salah.

Pada aksinyata ini saya mencoba menerapkan posisi kontrol manajer dengan menggunakan 3 tahapan segitiga restitusi pada kasus yang terjadi pada  murid dikelas saya. Aksi nyata berikutnya yaitu membuat keyakinan kelas bersama murid-murid saya di Kelompok B2 TK Negeri Pembina Langsa Timur, dengan melekukan tahapan sebagai berikut :

1)    Mempersilakan murid dikelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati di kelas,dengan menggunakan gambar agar anak lebih mudah dalam mengungkapkan pendapatnya. Hal ini saya lakukan karena murid-murid saya adalah anak yang berusia 5-6 th, dimana mereka masih memiliki pemikiran yang konkret.

2)    Menempelkan masukan-masukan para murid di papan tulis atau di kertas pleno.Disini saya juga sudah menyediakan potongan gambar-gambar yang dapat memudahkan anak dalam membuat keyakinan di kelas.

3)    Setelah itu saya membuat kalimat-kalimat dalam bentuk positif.

4)    Kemudian saya meninjau kembali bersama murid-murid, terkait keyakinan kelas yang sudah disepakati.

5)    Setelah keyakinan kelas selesai dibuat, saya dan anak berjanji untuk menerapkannya.

6)    Keyakinan kelas selanjutnya saya tempelkan di dinding kela,  di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.

Gambar 2. Sedang membuat keyakinan kelas

   dengan murid kelas B2


Gambar 3. Keyakinan Kelas B2 yang telah disepakati bersama 


Selanjutnya pada tanggal 21 Oktober 2023, pukul 10.30 WIB saya melakukan desiminasi kepada rekan guru di sekolah saya TK Negeri Pembina Langsa Timur. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala Sekolah, rekan guru TK Negeri Pembina Langsa Timur dan juga, perwakilan guru dari PAUD Baitul Maqdis dan Paud Nariski. Setelah itu pada pukul 15.000 WIB, saya juga melakukan desiminasi kepada rekan guru di PAUD IT Thursina, dimana PAUD ini juga merupakan Sekolah penggerak angkatan ke 3 di Kota Langsa.

Pada desiminasi budaya positif ini, saya membagikan pemahaman dan pengalaman dalam penerapan modul 1.4 Budaya Positif terhadap konsep-konsep kunci yaitu perubahan paradigma belajar, disiplin positif, motivasi perilaku manusia, kebutuhan dasar, posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas dan segitiga restitusi. Peserta desimasi terlihat sangat antusias selama menyimak pemaparan materi yang saya sampaikan.

5.    Hasil dari Aksi Nyata

Hasil dari rangkaian aksi nyata yangtelah saya lakkan yaitu menumbuhkan pemaham kepada rekan sejawat dan tenaga kependidikan diskeolah menegenai penerapan Budaya Positif disekolah. Kegiatannya dimulai dari penerapan keyakinan di kelas masing-masing, dimana keyakinan ini dibuat dari hasil kesepatan antara murid dan guru yang ada di dalam kelas. Selain itu saya dan rekan-rekan guru lain juga mencoba menerapkan posisi kontro sebagai manajer dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, terutama oleh murid dengan menggunakan 3 tahapan yang terdapat pada segitiga restitusi.

Hasil dari aksi nyata ini bisa dikatakan berhasil dan memberikan perubahan terhadap sikap dan perilaku pada murid dikelas saya.Hal tersebut terlihat dari perubahan sikap pada 2 orang murid dikelas saya, yang saya selesaikan menggunakan posisi kontrol manajer. Sedangkan untuk keyakinan kelas, secara perlahan juga sudah mulai merubah sikapa atau karakter pada murid saya. Mereka berinisiatif sendiri menyapu kelas setelah selesai makan tanpa disuruh, menegur teman yang berlarian didalam kelas, mengingatkan temannya untuk membereskan mainan, dan lain-lain. Saya yakin apabila hal ini dilakukan secara berkesinambungandalam penerapannya akan membawa peubahan kepada disiplin positif yang menyenangkan dan berpihak kepada anak. 

6.    Pembelajaran yang didapat dari Aksi Nyata

Banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan pada kegiatan aksi nyata pada modul 1.4 Budaya Positif ini. Salah satunya nilai kolaborasi, sayasangat yakin dalam penerapan budaya positif terutama di lingkungan sekolah, sangat perlu dukungan,kolaborasi dari seluruh warga sekolah untuk ketercapaiannya. Kemudian berbagi pemahaman itu sangat menyenangkan dan menambah relasi, ternyata hal-hal yang mungkin kita anggap sepele, bisa jadi sangat berharga bagi orang lain. Disini saya menyadari pentingnya berbagi, berbagilah walau sedikit, karena sebagai manusia kita sebaiknya memberikan manfaat bagi orang lain.

7.    Rencana Perbaikan dan Pengembangan di Masa Mendatang

Hal-hal yang akan saya lakukan untuk erbaikan dan pengembangan dimasa mendatang yaitu:

·         Dapat menerapakan posisi kontrol sebagai manajer secara berkelanjutan dan konsisten,sebagaimana posisi ini merupakan posisi ideal yang harus dimiliki oleh guru.

·         Melakukan evaluasi terhadap keyakinan kelas yangdibuat secara berkala.

·         Menerapkan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah yang muncul.

·         Berkolaborasi dengan semua warga sekolah dn pihak yang terkait demi terciptanya budaya positif dilingkungan sekolah.

Penulis menyadari bahwa artikel ini masih jauh darikata sempurna, namun penulis sangat berharap artikel ini dapat bermanfaat dan menjadiinspirasibagi para pembacanya.


Salam Guru Penggerak!

"Tergerak,Bergerak, dan Menggerakkan"


 


0 komentar: